IMPIAN WAKTU KECIL
Saya nak jadi combat. Saya suka topi combat. Saya suka tengok cerita combat. Anak-anak selalu melihat di sekitarnya apa yang diinginkannya waktu itu. Tapi itulah yang menarik dari usia putik jagung. Setiap aktiviti layaknya di gayakan dengan imaginasi ideal yang tak pernah habis. Ini mempengaruhi fantasi masa depan yang terlihat menyenangkan. Entah mengapa juga, manusia disarankan untuk menyusun cita-cita sejak di bangku sekolah.
Namanya pun anak-anak, tak akan pernah lelah untuk membangun dunianya sendiri. Dunia yang kadang-kadang berbicara sendiri jika kita mencoba untuk membiarkan berlalu begitu saja, di hari ini, jika dinukilkan kembali tentunya tertawa sendirian melihat gelagat riang diri kita yang berimpian besar waktu itu.
Memang, doktor adalah cita-cita mulia yang diidamkan anak-anak kebanyakan. Personanya memancar suci seiring segak berbaju putih dari balik ruang praktikal sehari-hari. Terlebih lagi, ketika orang-orang tua di kampong selalu inginkan anak-anak mereka berpekerjaan baik hati yang menyelamatkan banyak orang. Ya, setidaknya itu semua bertahan sampai Sekolah Menengah. Saat kawan-kawan mulai riuh membicarakan bayaran kuliah yang mahal, perlu mendapat keputusan grade tertinggi yang sepertinya susah dicapai oleh orang biasa-biasa. Fikiran menjadi realistik meski tetap optimis.
Saya tak mencadangkan anak saya jadi doktor di hospital. Saya lebih suka anak-anak saya jadi Dr. di universiti seperti ibunya. Sesungguhnya kita hanya merancang, tetapi perancangan Allah menentukan segalanya.
Saya tak mencadangkan anak saya jadi doktor di hospital. Saya lebih suka anak-anak saya jadi Dr. di universiti seperti ibunya. Sesungguhnya kita hanya merancang, tetapi perancangan Allah menentukan segalanya.
No comments:
Post a Comment